https://sintasan.upstegal.ac.id/index.php/Sintasan/issue/feedJournal Sains dan Teknologi Budidaya Perairan (SINTASAN)2025-11-23T05:15:09+00:00Alin Fithorafithor@gmail.comOpen Journal Systemshttps://sintasan.upstegal.ac.id/index.php/Sintasan/article/view/48STUDI KECUKUPAN PERBEKALAN MELAUT PADA UNIT PENANGKAPAN BOUKE AMI YANG BERBASIS DI PELABUHAN PERIKANAN NUSANTARA (PPN) KEJAWANAN CIREBON2025-11-07T08:49:22+00:00Naufal Saputranaufalsptr26@gmail.comKusnandar Kusnandarkusnandar@upstegal.ac.idSri Mulyanisrimulyani@upstegal.ac.id<p>Perikanan tangkap merupakan sektor penting yang berperan dalam penyediaan protein hewani sekaligus menopang perekonomian masyarakat pesisir. Keberhasilan operasi penangkapan ikan sangat dipengaruhi oleh kecukupan perbekalan, karena kekurangan logistik dapat berdampak pada kesehatan, produktivitas, hingga keselamatan anak buah kapal (ABK). Kapal Bouke Ami yang beroperasi di PPN Kejawanan Cirebon memiliki karakteristik melaut dalam durasi panjang, yaitu sekitar empat hingga lima bulan. Kondisi tersebut menuntut adanya manajemen perbekalan yang baik, khususnya terkait kebutuhan bahan bakar minyak (BBM), air tawar, dan makanan pokok agar kegiatan penangkapan berjalan optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kebutuhan perbekalan, menganalisis tingkat kecukupan aktual, serta mengevaluasi sistem penanganan logistik pada kapal Bouke Ami di PPN Kejawanan. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara terhadap 48 responden yang terdiri atas pemilik kapal dan nahkoda. Data dianalisis menggunakan tabulasi serta perhitungan persentase kecukupan berdasarkan perbandingan standar kebutuhan dengan realisasi lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbekalan utama kapal Bouke Ami meliputi solar, air tawar, bahan makanan pokok (beras, lauk-pauk, mie instan, sayuran, bumbu, dan kopi), serta obat-obatan P3K. Tingkat kecukupan solar tergolong mencukupi dengan realisasi 100,84%, sedangkan ketersediaan air tawar dan bahan makanan belum terpenuhi secara optimal, masing-masing hanya 70,94% dan 61,43%. Sistem penanganan perbekalan masih dilakukan secara manual berdasarkan pengalaman nahkoda, antara lain melalui efisiensi penggunaan solar, penghematan air tawar, serta penyimpanan bahan makanan dalam cold storage dengan tambahan lauk dari hasil tangkapan.</p>2025-11-23T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Journal Sains dan Teknologi Budidaya Perairan (SINTASAN)https://sintasan.upstegal.ac.id/index.php/Sintasan/article/view/49PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG CACING TANAH DAN TEPUNG MAGGOT TERHADAP LAJU PERTUMBUHAN BENIH IKAN KAKAP PUTIH2025-11-07T08:53:37+00:00Dimas Firmansyahdimasfirmansyahvlog@gmail.comSutaman Sutamansutaman@upstegal.ac.idNinik Umi Hartantininikumihartanti@upstegal.ac.id<p>Ikan Kakap Putih (<em>Lates calcarifer</em>) merupakan ikan karnivora yang dapat mengkonsumsi pakan alternatif seperti Tepung Cacing Tanah dan Tepung Maggot. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektifitas Tepung Cacing Tanah dan Tepung Maggot terhadap laju pertumbuhan benih ikan kakap putih. Penelitian dilakukan di Laboratorium Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pancasakti Tegal, menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan: (A) Tepung Cacing Tanah, (B) Tepung Maggot, (C) Campuran Tepung Cacing Tanah dan Tepung Maggot, (D) Kontrol, Setiap perlakuan dilakukan dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi laju pertumbuhan harian, pertumbuhan bobot individu mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, tingkat kelangsungan hidup (SR), serta rasio konversi pakan (FCR). Data dianalisis menggunakan uji normalitas, homogenitas, ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil analisis tidak berbeda nyata secara deskriptif, hasil tertinggi perlakuan B dengan laju pertumbuhan harian 0,106 gram/hari, dan perlakuan terendah A sebesar 0,086 gram/hari. Pertumbuhan bobot individu mutlak terbaik juga ditemukan pada perlakuan B yaitu 3,00 gram, disusul C sebesar 2,73 gram. Pertumbuhan panjang mutlak menunjukkan hasil tertinggi pada perlakuan B sebesar 1,1 cm dan C dengan 0,96 cm. Tingkat kelangsungan hidup tertinggi diperoleh pada perlakuan B (93,3%), dan perlaukan terendah A (80%). Rasio konversi pakan tertinggi ditemukan pada perlakuan B (2,2). Secara kesimpulan, Tepung maggot dapat dijadikan pakan alternatif untuk mendukung pertumbuhan benih ikan kakap putih.</p>2025-11-23T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Journal Sains dan Teknologi Budidaya Perairan (SINTASAN)https://sintasan.upstegal.ac.id/index.php/Sintasan/article/view/50ANALISIS PREVALENSI DAN INTENSITAS PADA BENIH IKAN MAS (Cyprinnus carpio)2025-11-07T09:04:02+00:00Khusniyati Zahroedelweiskirei@gmail.comSutaman Sutamansutaman@upstegal.ac.idNinik Umi Hartantininikumihartanti@upstegal.ac.id<p>Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi serangan infeksi ektoparasit pada ikan mas (<em>Cyprinus carpio</em>) di Loka Perbenihan dan Budidaya Ikan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah pada bulan Desember 2024 - Januari 2025. Sampel diambil secara acak (random sampling) dari beberapa lokasi berbeda. Pemeriksaan ektoparasit dilakukan pada bagian insang, sirip serta lendir secara scrapping. Identifikasi parasit dilakukan dengan cara pengamatan menggunakan mikroskop binocular dengan pembesaran 10×. Identifikasi parasit dilakukan dengan mencocokkan morfologi tubuh parasit dari gambar yang diperoleh dengan beberapa literatur acuan. Pengamatan data pendukung yaitu kualitas air yang seperti pH, DO, suhu,dan amonia. Data yang diperoleh dari sampel yang telah diperiksa, dilakukan perhitungan prevalensi dan intensitas menggunakan rumus. Hasil penelitian ditemukan 5 spesies ektoparasit yang teridentifikasi yaitu <em>Trichodina sp</em>, <em>Trichodinella sp</em>, <em>Ichthyophthirius multifiliis</em>, <em>Dactylogyrus sp</em>, dan Gyrodactylus sp. Tingkat prevalensi ektoparasit tertinggi pada kolam A yaitu <em>Trichodina sp</em> sebesar 68% dengan intensitas 14 individu dan prevalensi terendah pada kolam A yaitu Gyrodactylus sp sebesar 26% dengan intensitas 3 individu. Sedangkan tingkat prevalensi ektoparasit tertinggi di kolam B yaitu Trichodina sp sebesar 60% dengan intensitas 3 individu.</p>2025-11-23T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Journal Sains dan Teknologi Budidaya Perairan (SINTASAN)https://sintasan.upstegal.ac.id/index.php/Sintasan/article/view/51ANALISIS VALUASI EKONOMI JASA EKOSISTEM MANGROVE DI DESA RANDUSANGA KULON, KECAMATAN BREBES, KABUPATEN BREBES2025-11-07T09:08:31+00:00Ifa Widya Rahmadiniifawidyarahmadini029@gmail.comNoor Zuhrynoorzuhry@upstegal.ac.idHeru Kurniawan Alamsyahherukurniawanalamsyah@upstegal.ac.id<p>Valuasi ekonomi sumber daya ekosistem mangrove merupakan suatu metode untuk mengukur nilai ekonomi total dari berbagai manfaat yang diberikan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap produk dan jasa yang diberikan oleh ekosistem mangrove. Tujuan penelitian adalah menganalisis: Nilai ekonomi total dari hutan mangrove di Desa Randusanga Kulon, Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes, Jawa tengah. Penelitian ini dilakukan di dalam dan di sekitar kawasan ekosistem hutan mangrove di Desa Randusanga Kulon. Penelitian dilaksanakan selama 1 (satu) minggu terhitung dari tanggal 16 Juli – 23 Juli 2025. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kaus. Pengambilan sampel menggunakan metode <em>purposive sampling</em>. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan masyarakat berdasarkan kuesioner yang telah disiapkan. Data sekunder dikumpulkan, antara lain, dari Kantor Kecamatan Brebes, Desa Randusanga Kulon. Data-data yang dikumpulkan dari lapangan dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif dan kuantitatif. Penelitian ini menemukan bahwa nilai ekonomi total ekosistem hutan mangrove di Desa Randusanga Kulon terdiri atas nilai jasa penyedia sebesar Rp. 1.540.854.471,00./tahun, nilai jasa pengaturan Rp. 831.873.083,00./tahun, nilai jasa budaya sebesar Rp. 93.600.000,00./tahun. Jumlah nilai ekonomi total keseluruhan manfaat ekosistem hutan mangrove di Desa Randusanga Kulon adalah sebesar Rp. 2.466.327.554,00./tahun.</p>2025-11-23T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Journal Sains dan Teknologi Budidaya Perairan (SINTASAN)https://sintasan.upstegal.ac.id/index.php/Sintasan/article/view/53ANALISIS JASA EKOLOGI EKOSISTEM MANGROVE DI DESA RANDUSANGA KULON2025-11-07T09:13:52+00:00Fadhlikal Adzimi Anjaanafadlikal112@gmail.comNoor Zuhrynoorzuhry@upstegal.ac.idHeru Kurniawan Alamsyahherukurniawanalamsyah@upstegal.ac.id<p>Ekosistem mangrove di Desa Randusanga Kulon, Kabupaten Brebes, memiliki peran penting dalam menyediakan berbagai jasa ekologis, ekonomis, dan sosial bagi masyarakat pesisir. Namun, degradasi akibat alih fungsi lahan dan eksploitasi berlebihan mengancam kelestariannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis jasa ekosistem mangrove yang tersedia serta menganalisis keterkaitan antara kapasitas (<em>supply</em>) dan permintaan (<em>demand</em>) jasa ekosistem tersebut. Metode yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif melalui observasi, wawancara mendalam, dan kuesioner. Data dianalisis menggunakan matriks evaluasi jasa ekosistem yang meliputi matriks kapasitas, permintaan, dan ketersediaan (<em>budget</em>). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekosistem mangrove menyediakan 16 jenis jasa yang terbagi dalam empat kategori: penyedia, pengaturan, budaya, dan pendukung. Terdapat ketidakseimbangan antara kapasitas dan permintaan, khususnya pada jasa pengaturan seperti pencegahan intrusi air laut dan penahan gelombang yang mengalami defisit. Kesimpulannya, meskipun mangrove memiliki kapasitas tinggi dalam menyediakan jasa ekosistem, diperlukan pengelolaan yang bijaksana dan berkelanjutan untuk menjaga keseimbangan ekologis serta meningkatkan manfaat bagi masyarakat.</p>2025-11-23T00:00:00+00:00Copyright (c) 2025 Journal Sains dan Teknologi Budidaya Perairan (SINTASAN)